Tidak Ada Keadilan Dalam Hierarki

  



Orangtua Sekolah.id-- Hierarki adalah suatu susunan hal (objek, nama, kategori) dimana hal tersebut dikemukakan pada tingkatan tertentu. Secara abstrak, sebuah hierarki adalah sebuah kumpulan yang disusun. Sejarah manusia yang berevolusi selama ribuan tahun, membagi orang-orang dalam kelompok khayal yang tersusun dalam sebuah  hierarki.

    Amerika serikat pada tahun 1776 menciptakan hierarki antara orang kulit putih dan orang kulit hitam serta Indian Amerika yang dianggap manusia berderajat rendah, sehingga tidak tergolong ke dalam manusia yang memiliki hak setara dengan mereka. Belum lagi Amerika mengeramatkan hierariki kekayaan, yang dianggap hukum alam dan tidak bisa diubah, seperti misalnya ‘Alam konon mengganjar prestasi dengan kekayaan seraya menghukum kemalasan’. Hierarki orang kaya dan miskin menyatakan bahwa orang kaya tinggal dilingkungan sekolah, rumah, sehingga mereka secara otomatis mendapatkan label sebagai manusia yang lebih baik dari orang orang miskin. Mereka mengklaim hierarki sosial seperti ini bersifat alami dari Tuhan yang tanpa disadari melanggengkan sistem kapitalis.

    Aristoteles juga berargumen bahwa, budak memiliki ‘sifat budak’ sementara orang merdeka memiliki ‘sifat merdeka’. Status mereka dalam masyarakat hanyalah cerminan dari sifat bawaan mereka. Jika anda bertanya kepada supremasi kulit putih mengenai hierarki rasial, maka anda akan dihujani teori tentang pseudosains, bahwa ada sesuatu dalam darah atau gen kaukasia yang menjadikan orang kulit putih secara alami lebih cerdas, bermoral, dan bekerja keras daripada kulit hitam. Keduanya sama-sama menganggap hierarki ini bersifat alami dari Tuhan, walau sebenarnya hanyalah guna melancarkan tujuan-tujuan tertentu.

     Orang hindu yang menaati sistem kasta mempercayai bahwa kekuatan jagat raya telah menjadikan satu kasta lebih tinggi daripada kasta lainnya. Tak berbeda dengan mitos tiongkok kuno yang percaya bahwa ketika dewi Nu Wa menciptakan manusia dari tanah, dia mengulen kaum ningrat dari tanah kuning halus, sementara rakyat jelata dari lumpur coklat.

    Kehidupan masyarakat manusia yang kompleks dengan masing-masing hierarkinya menimbulkan diskriminasi yang tidak adil pada sebagian golongan manusia. Bahkan sejumlah masyarakat menderita jenis diskriminasi yang lebih ekstrim. Kemunculan hierarki berawal dari mitos-mitos yang dikemukakan oleh golongan masyarakat tertentu dengan tujuan tertentu pula dalam bidang sosial, politik, dan budaya. Mungkin kita bisa berpendapat bahwa ‘stigma itu adalah mitos bukan fakta’. Hierarki-hierarki itu sekedar melanggengkan peristiwa- peristiwa kebetulan yang didukung oleh mitos. Kemungkinan besar, orang orang yang menjadi korban dalam sebuah sejarah  hierarki berkemungkinan akan menjadi korban lagi, anak cucunya.

    Lalu bagaimana hierarki yang terbentuk di masyarakat lingkungan kita? Apakah kita terlibat dalam sebuah diskriminasi pada sebagian golongan manusia? Kita hanya bisa memahami fenomena itu dengan mempelajari peristiwa, kejadian, situasi, dan hubungan kuasa yang mengubah potongan- potongan imajinasi menjadi struktur -struktur sosial yang kejam dan teramat nyata.

    Jika kita masih menatap hina pada seseorang dengan penampilan kuno dan kampungan, atau menertawakan kebodohan seseorang dalam sebuah forum, menatap jijik pada manusia dengan keterbatasan mental dan fisik, berlaku tidak pantas pada mereka yang tidak memiliki jabatan atau meremahkan suatu golongan madzab tertentu yang tidak kita yakini, itu berarti kita berkemungkinan terlibat dalam sebuah hierarki sosial yang tidak sehat (diskriminasi).

    Status hierarki sendiri dalam tatanan sosial kehidupan masyarakat berguna untuk mengukuhkan sebuah imperium dalam memperoleh pengikut, mencari hak untuk diterima masyarakat, atau hanya sekedar menggulingkan golongan lain. Mulailah berfikir dengan hati dalam menentukan standar kelayakan hidup, begaimana kita memahami sebuah ukuran kecantikan, kemapanan, kebaikan, kepantasan, meskipun itu tidak terlepas dari mitos budaya serta nilai-nilai hierarki yang beredar di masyarakat, alangkah baiknya kita mampu bersikap lebih bijak. Ariene guZeL

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.