Iman Bukan Diwarisi Melainkan Diyakini

 Orangtuasekolah.id-- Nabi Ibrahim AS adalah ayah dari Nabi Ismail AS. Ismail kecil telah dididik oleh Allah melalui perantara ayahandanya sejak kecil. Diusianya yang masih sangat muda, Allah telah memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk membawa istrinya Hajar dan anaknya Ismail untuk hijrah meninggalkan Palestina menuju padang pasir nan gersang bernama lembah Bakkah, yang saat ini dikenal sebagai kota suci, Makkah Al Mukarromah.

Ismail kecil dibesarkan oleh ibunya Siti Hajar di Makkah, sedangkan ayahnya Nabi Ibrahim AS tinggal di Palestina namun rutin mengunjunginya. Sampai suatu waktu saat usia Ismail menginjak remaja, Nabi Ibrahim AS datang berkunjung ke Mekkah dengan menyampaikan sebuah berita.

"Wahai anakku Ismail, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwasanya aku menyembelihmu. Bagaimana pendapatmu akan hal itu?” tanya Nabi Ibrahim.

   Ismail pun menjawab, 

“Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang telah diperintahkan Allah kepadamu. Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.”

Tibalah pada saat hari yang telah ditentukan untuk menyembelih Ismail. Ayah dan anak itu berpelukan penuh haru. Meskipun begitu, Ismail tidak ragu bahkan dia meyakinkan ayahnya untuk melanjutkan proses penyembelihan. Ia pun meminta sang Ayah untuk menyembelih tanpa melihat wajahnya. 

Tatkala Nabi Ibrahim AS sudah bersiap untuk menyembelih anaknya, turunlah firman Allah SWT surah As-shaffat ayat 107 yang berbunyi:

وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ

'Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar'

Peristiwa inilah yang menjadi tonggak awal mula sejarah dimulainya ibadah qurban yang kita jalani hingga saat ini dan sangat dianjurkan bagi mereka yang mampu. Berqurban bukan hanya menyembelih seekor hewan saja tetapi juga bermakna menyembelih rasa tamak dan serakah akan hal duniawi yang ada dalam diri.

Hikmah lain dari kisah ini adalah kita bisa meneladani keteguhan iman yang dimiliki oleh Nabi Ismail dalam menjalankan perintah Allah. Tentu hal ini bukanlah hal instan yang bisa didapat oleh seorang anak, kecuali dengan keteladanan yang dicontohkan oleh orang tuanya yakni Nabi Ibrahim AS. Iman memang tidak dapat diwarisi tapi iman dapat diteladani dan diyakini dengan sepenuh hati. Sebab hidayah juga bukan diwariskan tetapi dicari, dan iman bukan pula sekadar pengakuan tanpa pembuktian. Fathul Jannah






 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.